"Bersabarlah, kuatkan semangatmu wahai kawan", getus sahabat baiknya, si pankreas.
"Kau akan selamat, andai kami dapat menabur secebis bakti... Kau akan selamat", sambung si jantung.
"Kami perlukan kamu, teman. Janganlah pergi", ujar perut. Nadanya pilu.
Si ginjal, usus kecil dan yang lain-lain hanya merenung kosong, tunduk terkelu. Masing-masing diam, sedih dan begitu terkesan.
Tidak lama selepas itu, mereka semua meraung kesedihan yang teramat sangat. Sahabat mereka yang sedang nazak itu telah pun mati. Penawarnya tidak sempat dicari.
Itulah kisah si hati, organ yang paling rapuh dan senang mati.
"Even the best doctor in the world couldn't cure a broken heart"
No comments:
Post a Comment